BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setiap komunitas terdiri atas elemen
pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan
utuh yang terikat melalui suatu jaringan sosial. Jaringan sosial pada suatu
masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar
identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar
kepentingan tertentu. Menurut Boissevain (1978), jaringan sosial masyarakat
adalah struktur sosial masyarakat itu sendiri. Jaringan sosial adalah pola
hubungan sosial di antara individu, pihak, kelompok atau organisasi. Jaringan
sosial memperlihatkan suatu hubungan sosial yang sedang terjadi sehingga lebih
menunjukkan proses daripada bentuk (Bee, 1974).
Grootaer (2002) menyatakan bahwa kapital sosial
merupakan salah satu alternative untuk mengatasi kemiskinan, kesehatan,
pendidikan, dan ketersediaan kapital ekonomi ditingkat rumah tangga. Bahkan
menurutnya, kontribusi kapital sosial sebanding dengan modal manusia. Artinya
kapital sosial non fisik diyakini mampu menandingi kapital fisik. Pendapat itu
tentunya kurang lengkap jika aspek kelembagaan, organisasi sosial, norma,
kepercayaan maupun jaringan sosial tidak di analisis secara detail dengan
mengutarakan analisis mengenai peran masing-masing sumber kapital sosial itu.
Bisa saja terjadi keragaman tingkat ketersediaan sumber-sumber daya sosial
diantara individu, kelompok, atau dalam komunitas tertentu, yang didominasi
kontribusi jaringan kerja yang ada.
Dengan demikian, peran jaringan kerja atau
jaringan social yang tumbuh dalam komunitas lokal sangat mungkin memberikan
kontribusi yang signifikan dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakatnya.
Aspek kultur maupun struktur masyarakat yang berbeda antar wilayah akan
memunculkan perbedaan ketersedian sumber-sumber sosial. Perkembangan pemikiran
mengenai kapital itu sendiri tidak terlepas dari kritik. Terutama mengenai
beragamnya konsep dan definisi mengenai kapital sosial. Aspek lainnya yang
perlu dicermati adalah mengenai penentuan indikator yang sesuai dalam mengukur
kapital sosial, serta dalam hal bagaimana membangun dan mengembangkan capital
sosial.
Perbedaan pandangan dan cara mendefiniskan
kapital sosial juga terkait dengan metode yang digunakan untuk menjelaskan
kapital sosial itu sendiri. Akan tetapi, bagaimanapun perbedaan cara pandang
dan metode analisis dalam studi-studi capital sosial, ternyata tidak saling
mempertentangkan peran kapital sosial terutama kontribusi jaringan sosial
(network) dalam dinamika pembangunan. Kehidupan kita sehari-hari selalu
diwarnai dengan interaksi dengan manusia lain. Interaksi merupakan sebuah
proses yang menjadi syarat mutlak terciptanya proses bermasyarakat. Disadari
atau tidak, dalam interaksi terhadap sesama manusia, terjadi saling suatu timbal
balik saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, Saudara mengenal
dan menerapkan suatu etika dan tata krama karena dipengaruhi oleh orang lain.
Saudara pun menerapkan suatu standar kesenangan pribadi yang seolah-olah sangat
privat, namun bila ditelusuri hal privat tersebut juga merupakan hasil pengaruh
lingkungan pertemanan ataupun media lain yang dibuat oleh manusia.
Interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai
hubungan antar individu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku sesorang
dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, atau mendorong perilaku, pikiran,
perasaan, emosi orang lain. Dengan demikian interaksi sosial merupakan hubungan
dinamis antar orang, kelompok, maupun antar orang terhadap kelompok. Syarat
mutlak terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak dan komunikasi di
antara manusia yang menimbulkan jaringan sosial.
Agusyanto dalam tulisannya tentang jaringan
sosial arek-arek Suroboyo mengatakan bahwa Jaringan sosial terbentuk dalam
masyarakat karena pada dasarnya manusia tidak dapat berhubungan dengan semua
manusia yang ada hubungan selalu terbatas pada sejumlah orang tertentu. Setiap
orang belajar dari pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan
hubungan-hubungan sosial yang terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah
rangkaian hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
yang ada pada individu yang bersangkutan sehingga dalam usaha peningkatan taraf
hidup juga tidak menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya (Agusyanto,
1991: 14).
Sebagai salah satu aplikasi nyata adanya
jaringan sosial adalah pasar. Pasar adalah salah satu
dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur
dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang.
Transaksi ini terjadi atas dasar kesepakatan atas dua belah pihak, yaitu
penjual dan pembeli. Di setiap wilayah, khususnya di Indonesia, kita dapat
menjumpai pasar dengan mudah. Karena pasar merupakan sumber kehidupan bagi
warga masyarakat maka pasar banyak dijumpai di setiap wilayah di Indonesia.
Dalam pasar juga terdapat jaringan sosial.
Karena dalam pasar terdapat proses distribusi, produksi, dan konsumsi yang
semuanya merupakan jaringan sosial. Antara satu dan lainnya saling berkaitan
membentuk jaringan, dan saling bergantung. Misalnya dalam pendistribusian
barang, harus ada orang yang memproduksi, dan orang yang memproduksi bergantung
ada pemakai (konsumen) atau tidak.
Berdasarkan latar belakang uraian diatas, maka
dalam makalah ini akan membahas mengenai jaringan sosial ekonomi dan
pendekatan-pendekatan jaringan sosial ekonomi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dibuatlah rumusan masalah yaitu:
1.
Apakah pengertian jaringan sosial ekonomi?
2.
Apa sajakah pendekatan-pendekatan jaringan
sosial ekonomi?
3.
Apa sajakah konsep dalam jaringan sosial
ekonomi?
4.
Apa sajakah karakterisktik dari jaringan sosial
ekonomi?
5.
Apa sajakah bidang penelitian jaringan sosial
ekonomi?
C.
TUJUAN MASALAH
Untuk membuat
makalah ini diperlukannya sebuah tujuan supaya dapat menjawab rumusan masalah
yang telah ada. Oleh sebab itu, tujuan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian jaringan sosial
ekonomi
2.
Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan sosial
ekonomi
3.
Untuk mengetahui konsep dalam jaringan sosial
ekonomi
4.
Untuk mengetahui karakteristik dari jaringan
sosial ekonomi
5.
Untuk mengetahui bidang penelitian jaringan
sosial ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jaringan Sosial Ekonomi
Jaringan sosial
dalam ekonomi menurut Granovetter dan Swedberg adalah suatu rangkaian hubungan
yang teratur atau hubungan sosial yang sama antara individu-individu atau
kelompok-kelompok. Jaringan sosial adalah sebagai suatu pengelompokan yang
terdiri atas sejumlah orang, paling sedikit terdiri atas tiga orang yang
masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan masing-masing dihubungkan antara
satu dengan yang lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga
melalui hubungan sosial tersebut mereka dapat dikelompokkan sebagai suatu
kesatuan sosial.
Secara
sederhana, jaringan sosial sebenarnya merupakan salah satu bentuk strategi dan
tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun masyarakat dalam
menghadapi lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu atau diliputi oleh
berbagai keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki.
Oleh karena itu, konteks jaringan sosial pada
suatu komunitas masyarakat dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu jaringan
vertikal (hirarkis), jaringan horizontal (pertemanan), dan jaringan diagonal
(kakak-adik).
1.
Hubungan vertikal (hirarkis) adalah hubungan
dua pihak yang berlangsung secara tidak seimbang karena satu pihak mempunyai
dominasi yang lebih kuat dibanding pihak lain, atau terjadi hubungan
patron-klien.
2.
Hubungan diagonal adalah hubungan dua pihak di
mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak
lainnya.
3.
Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak
di mana masing-masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya.
Namun pada kenyataannya dalam suatu komunitas, termasuk komunitas masyarakat
pesisir (nelayan maupun pembudidaya), ke tiga bentuk jaringan ini saling
tumpang tindih dan bervariasi, serta bentuk yang satu tidak dapat secara tegas
dipisahkan dari bentuk lainnya.
Analisa
jaringan sosial dapat diidentifikasi baik pada tingkatan antar individu maupun
pada tingkatan struktur. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dilihat
melalui rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang dengan sifat
tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan tersebut digunakan untuk
menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu- individu yang terlibat.
Sementara pada tingkatan struktur memperlihatkan bahwa, pola atau struktur
hubungan sosial dapat meningkatkan dan atau menghambat perilaku orang untuk
terlibat dalam bermacam arena dari kehidupan sosial. Oleh karena itu, tingkat
ini memberikan suatu dasar untuk memahami bagaimana perilaku individu
dipengaruhi oleh struktur sosial.
Hubungan sosial
merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara
dua orang atau lebih. Suatu hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat
meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain
terhadap dirinya. Disebut sistemik karena terjadinya secara teratur dan
berulang kali dengan pola yang sama. Pola dari interaksi ini disebut sebagai
hubungan sosial dan hubungan sosial akan membentuk jaringan sosial.
Agusyanto dalam
tulisannya tentang jaringan sosial arek-arek Suroboyo mengatakan bahwa jaringan
sosial terbentuk dalam masyarakat karena pada dasarnya manusia tidak dapat
berhubungan dengan semua manusia yang ada; hubungan selalu terbatas pada
sejumlah orang tertentu. Setiap orang belajar dari pengalamannya untuk
masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang terbatas jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah rangkaian hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada individu yang bersangkutan sehingga
dalam usaha peningkatan taraf hidup juga tidak menggunakan semua hubungan
sosial yang dimilikinya.
Suparlan (1982:
36-39) mengatakan ada beberapa hal yang merupakan ciri-ciri utama dari jaringan
sosial, yaitu:
1.
Titik-titik, merupakan titik-titik yang
dihubungkan satu dengan lainnya oleh satu atau sejumlah garis yang dapat
merupakan perwujudan dari orang, peranan, posisi, status, kelompok, tetangga,
organisasi, masyarakat, negara dan sebagainya.
2.
Garis-garis, merupakan penghubung atau pengikat
antara titik-titik yang ada dalam suatu jaringan sosial yang dapat berbentuk
pertemuan, kekerabatan, pertukaran, hubungan superordinat-subordinat,
hubungan-hubungan antarorganisasi, persekutuan militer dan sebagainya.
3.
Ciri-ciri struktur. Pola dari garis yang
menghubungkan serangkaian atau satu set titik-titik dalam suatu jaringan sosial
dapat digolongkan dalam jaringan sosial tingkat mikro atau mikro, tergantung
dari gejala-gejala yang diabstraksikan. Contoh dari jaringan tingkat mikro yang
paling dasar adalah suatu jaringan yang titik-titiknya terdiri atas tiga buah
yang satu sama lainnya dihubungkan oleh garis-garis yang mewujudkan segitiga
yang dinamakan triadic balance (keseimbangan segitiga); sedangkan contoh
dari jaringan tingkat makro ditandai oleh sifatnya yang menekankan pda hubungan
antara sistem atau organisasi, atau bahkan antarnegara.
4.
Konteks (ruang). Setiap jaringan dapat dilihat
sebagai terwujud dalam suatu ruang yang secara empiris dapat dibuktikan
(yaitu secara fisik), maupun dalam ruang yang didefenisikan secara sosial,
ataupun dalam keduanya. Misalnya, jaringan transportasi selalu terletak dalam
suatu ruangan fisik, sedangkan jaringan perseorangan yang terwujud dari
hubungan-hubungan sosial tidak resmi yang ada dalam suatu organisasi adalah
suatu contoh dari suatu jaringan yang terwujud dalam satu ruang sosial.
Jaringan komunikasi dapat digambarkan sebagai sebuah peta baik secara fisik,
yaitu geografis maupun menurut ruang sosialnya, yaitu yang menyangkut status
dan kelas sosial.
5.
Aspek-aspek temporer. Untuk maksud-maksud
sesuatu analisa tertentu, sebuah jaringan sosial dapat dilihat baik secara sinkronik
maupun secara diakronik, yaitu baik sebagai gejala yang statis maupun dinamis.
Bila ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang
membentuk jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, maka jaringan sosial dapat
dibedakan menjadi tiga jenis.
Pertama, adalah jaringan kekuasaan (power),
merupakan jaringan hubungan-hubungan sosial yang dibentuk oleh
hubungan-hubungan sosial yang bermuatan kekuasaan. Dalam jaringan kekuasaan,
konfigurasi-konfigurasi saling keterkaitan antarpelaku di dalamnya disengaja
atau diatur oleh kekuasaan. Tipe jaringan ini muncul bila pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan
konfigurasi saling keterhubungan antarpelaku yang biasanya bersifat permanen.
Hubungan-hubungan kekuasaan ini biasanya ditujukan pada penciptaan
kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Unit-unit sosialnya adalah artifisial yang direncanakan atau
distrukturkan secara sengaja oleh kekuasaan. Jaringan sosial tipe ini harus
mempunyai pusat kekuasaan yang secara terus menerus mengkaji ulang kinerja (performance)
unit-unit sosialnya, dan mempolakan kembali strukturnya untuk kepentingan
efisiensi. Dalam hal ini kontrol informal tidak memadai, masalahnya jaringan
ini lebih kompleks dibanding dengan jaringan sosial yang terbentuk secara
alamiah. Dengan demikian jaringan sosial tipe ini tidak dapat menyandarkan diri
pada kesadaran para angotanya untuk memenuhi kewajiban anggotanya secara
sukarela, tanpa insentif.
Kedua, jaringan kepentingan (interest),
merupakan jaringan hubungan-hubungan sosial yang dibentuk oleh
hubungan-hubungan sosial yang bermuatan kepentingan. Jaringan kepentingan ini
terbentuk oleh hubungan-hubungan yang bermakna pada tujuan-tujuan tertentu atau
khusus. Bila tujuan-tujuan tersebut spesifik dan konkret – seperti memperoleh
pekerjaan, barang, atau jasa – maka jika tujuan-tujuan tersebut sudah dicapai
oleh pelakunya, biasanya hubungan ini tidak berkelanjutan. Struktur yang muncul
dari jaringan sosial tipe ini adalah sebentar dan berubah-ubah. Sebaliknya,
jika tujuan-tujuan itu tidak sekonkret dan spesifik seperti itu atau
tujuan-tujuan tersebut selalu berulang, maka struktur yang terbentuk relatif
stabil dan permanen.
Ketiga, jaringan perasaan (sentiment),
merupakan jaringan yang terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial bermuatan
perasaan, dan hubungan-hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan dan tindakan
sosial. Struktur yang dibentuk oleh hubungan-hubungan perasaan ini cenderung
mantap dan permanen. Hubungan-hubungan sosial yang terbentuk biasanya cenderung
menjadi hubungan dekat dan kontinyu. Di antara para pelaku cenderung menyukai
atau tidak menyukai pelaku-pelaku lain dalam jaringan. Oleh karena itu muncul
adanya saling kontrol secara emosional yang relatif kuat antarpelaku
(Agusyanto, 1997: 26-28).
Dalam kenyataan di lapangan, sebuah jaringan
sosial tidak hanya dibentuk oleh satu jenis jaringan sosial di atas. Namun,
terjadi tumpang tindih antara tiga jenis bentuk hubungan sosial tersebut.
Sebuah jaringan sosial dianggap sebagai jaringan kepentingan jika
hubungan-hubungan yang terbentuk dalam jaringan sosial tersebut lebih dominan
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan tertentu. Dua
jenis jaringan sosial yang lain, yaitu jaringan kekuasan dan jaringan perasaan
tetap ada tetapi tidak dominan.
Prinsip Utama Jaringan Sosial dan Kinerja Ekonomi
Terdapat empat prinsip
utama yang mendasar untuk diketahui, antara lain
1. Norma dan Jaringan Sosial. Norma sering merujuk pada
sekumpulan aturan yang diharapkan dan diikuti oleh anggota masyarakat pada
suatu entitas sosial tertentu. Akan tetapi pada prinsip ini, norma mengarah
pada gagasan tentang tata berperilaku. Berkaitan dengan jaringan sosial, norma
itu seperti aturan main yang dapat berpengaruh pada penyelenggarann jaringan
itu sendiri.
2. The Strength of Weak Ties. Inti prinsip ini adalah
bahwa ikatan yang lemah tidka selalu berimplikasi negatif terhadap jaringan
sosial, justru sebaliknya dapat berimplikasi positif. Dalam hal ini ikatan yang
lemah tersebut dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun jaringan
sosial.
3. The importance of “Structural Holes”. Prinsip ini tidak terlepas dari pendapat Burt tentang “Ikatan lemah”. Ia
berpendapat bahwa inti penting dari sebuah ikatan tidak terletak pada kualitas
ikatan yang tercipta dalam sebuah kelompok. Akan tetapi lebih pada cara yang
dilakukan untuk membangun jaringan. Hal ini karena dengan membangun jaringan
seorang individu secara tidak langsung terikat. Selain itu, ia juga menekankan
pada keuntungan strategi yang dapat membuat individu terikat dengan berbagai
jaringan yang berbeda-beda. Implikasinya adalah arus informasi dapat mengalir
dari satu jaringan dengan jaringan lainnya.
4. Interpenetrasi ekonomi dan non-ekonomi. Prinsip keempat ini menekankan pada percampuran antara aktivitas ekonomi
dengan non-ekonomi. Hal tersebut kemudian merujuk pada terjadinya “Social
Embedness” dalam ekonomi. Dimana tindakan ekonomi terhubung atau tergantung
pada tindakan atau institusi non-ekonomi, serta proses. Dalam konteks sosiologi
sendiri, pembahasannya itu lebih mengarah pada embedness tindakan
ekonomi di dalam jaringan sosial, budaya, politik dan religi.
B. Pendekatan-Pendekatan
Jaringan Sosial Ekonomi
Berdasarkan
literature yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu
1.
Pendekatan analisis atau abstrak . Pendekatan
terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada :
a.
Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya
area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat
kehidupan politik organisasi-organisasi.
b.
Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana
lingkungan dalam organisasi diskontruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih
banyak tertuju pada segi-segi normative dan budaya dari lingkungan seperti
sistem kepercayaan, hak, profesi dan sumber-sumber legitimasi.
c.
Sebagai suatu alat penelitian formal untuk
menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri dari struktur sosial
sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu
sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama) yang dapta
mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
2.
Pendekatan perspektif atau studi kasus. Pendekatan
perspektif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai
suatu cara menggerakan hubungan-hubungan diantara para aktor ekonomi. Dengan
demikian ia dipandang sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara
bersama kedalam suatu sistem yang padu. Pendekatan ini lebih pragmatis dan
terkait dengan pendekatan antar-disipliner. Pendekatan ini cenderung untuk
melihat motif yang berbeda kedalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan
sosial dalam pasar, tenaga kerja, etika bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan antara pendekatan analitis dan
pendekatan perspektif didasarakn atas kerangka kerja konseptual dari :
a)
Keterlekatan, resiprositas dan koneksi.
Kesemuanya itu merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan tertentu yang
melekat dalam struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat sebagai suatu
keseluruhan.
b)
Pemakaian bahasa dan model tindakan. Menurut
Burt keuntungan informasional dari sosial merupakanakses, pengaturan tempo, dan
penterahan. Kedua pendekatan tersebut sama menganggap penting kepercayaan (trust)
bagi resiprositas dalam jaringan sosial.
Baik pendekatan
analitis maupun pendekatan perspektif mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut
menyebabkan kedua pendekatan tersebut tidak mampu melihat kelseluruhan struktur
atau bentuk dan isi jaringan sosial secara mendalam.
Pendekatan yang
berorientasi abstrak sering terlalu sedikit memberi perhatian pada substansi,
lebih menekankan pada struktur (ukuran) dibandingkan isi dari ikatan dari suatu
jaringan sosial.
C. Konsep Jaringan
Sosial Ekonomi
Menurut
Mitchell J.Clyde ada dua konsep yang harus dipahami dalam jaringan sosial
antara lain :
1.
jaringan sosial sebagai suatu konsep metaporik
: Jaringan sosial hanya dilihat sebagai suatu sistem sosial.
2.
Jaringan sosial sebagai suatu konsep analitis :
jaringan sosial tidak hanya dilihat sebagai jaringan yang khusus saja, tetapi
juga bagaimana karakteristik dari hubungan-hubungan yang ada sehingga kemudian
dapat dipergunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari
orang-orang terlibat didalamnya.
Pemikiran-pemikiran
yang diberikan oleh ahli-ahli lain tentang konsep jaringan sosial antara lain :
1.
Barnes, jaringan sosial sebagai suatu rangkaian
hubungan yang dibuat oleh seorang individu di sekitar dan berpusat pada dirinya
berdasarkan pribadinya.
2.
Philip Mayer, jaringan sosial itu dapat
dipergunakan untuk menjelaskan mengapa sejumlah pendatang ke kota tetap
berorientasi ke desa, sedangkan pada yang lain berorientasi ke kota.
3.
Epstein, dengan jaringan sosial dapat diperoleh
data bagaimana sebenarnya norma dan nilai itu tersebar dalam masyarakat dan
bagaimana proses perubahannya yang berasal dari persebaran norma dan nilai yang
ada.
4.
Wheeldon, jaringan sosial digunakan untuk
melihat bagaiman pembentukan kepemimpinan yang terjadi di dalam masyarakat kulit
berwarna.
5.
Kepferer, jaringan sosial bersifat egosentris.
6.
Boswell, memperlihatkan bagaimana orang-orang
di Lusaka dengan latar belakang yang berbeda ketika menghadapi krisis yang
terjadi pada mereka.
7.
Harries-Jones, memperlihatkan bagaimana
hubungan yang disasarkan pada kesamaan-kesamaan tertentu misalnya asal desa,
kekerabatan dan kedekatan seseorang akan membentuk suatu organisasi.
D. Karakteristik
Jaringan Sosial Ekonomi
Dari pernyataan
para ahli itu akhirnya dapat memperlihatkan bahwa jaringan sosial itu dapat
digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku individu dalam berbagai
keadaan sosial. Mitchell J Clyde mengungkapkan ada dua karakterisktik penting
dari jaringan sosial :
1.
Karakteristik Morphologi
Karakteristik
ini dilihat dari aspek struktural tingkah laku sosial individu yang ada dalam
jaringan, antara lain :
§ Achorage,
totalitas hubungan yang terbentuk dalam suatu jaringan. Biasanya diletakan pada
individu tertentu yang tingkah lakunya diamati dan diharapkan dpat
diinterpretasikan
§ Reachability,
derajat dimana tingkah laku individu dipengaruhi oleh hubungannya dengan
individu lain.
§ Densitas,
derajat dimana terdapat keterhubungan antara individu yang satu dengan yang
lain.
§ Range, menunjuk
pada jumlah individu yang melakukan kontak secara langsung dengan individu yang
berada dalam jaringan.
Karakteristik morphologi dapat dikatakan sebagai tempat yang berujud dan
merupakan tempat yang digunakan dalam penjualan. Misalnya perbedaan dapat kita
lihat pada pasar modern dengan pasar tradisional. Atau pada pasar tradisional
dengan supermarket. Kedua hal itu saling berlainan. Pasar tradisonal tempatnya
tidak sebagus seperti pasar modern. Pasar modern lebih bersih, sedangkan pada
pasar tradisional harganya dapat ditawar. Tidak seperti pada pasar modern, yang
tidak ada tawar menawarnya.
Peminat dari pasar tradisonal dengan pasar modern pun beragam, kebanyakan di pedesaan lebih banyak peminat pasar tradisional. Karena jarak yang
dekat dan harga yang terjangkau, sehingga membuat orang dipedesaan yang
kebanyaakan ekonomi menengah kebawah memilih alternatif pasar tradisional.
Sedangkan di wilayah perkotaan memilih pasar modern, hal ini karena pasar
modern lebih bersih dan tidak ribet, karena mereka tidak perlu menawar.
2.
Karakteristik interaksional
Dilihat
dari tingkah laku individu, dari proses interaksi yang terjadi antara satu
individu dengan individu lain. Karakteristik jenis ini antara lain :
a)
Content, hubungan yang ada antara individu
dengan individu lain berdasarkan tujuan tertentu. Content dari hubungan ini
dapat dipahami karena berdasarkan norma, kepercayaan dan nilai yang telah
disepakati bersama.
b)
Directedness, dalam suatu jaringan dapat
terlihat apakah suatu hubungan antara individu satu dengan yang lain hanya
berupa hubungan yang berorientasi dari satu individu ke individu lain atau
sebaliknya (resiprok).
c)
Durability, jaringan sosial itu ada jika
individu menyadari hak dan kewajiban untuk mengidentifikasi orang lain.
Kesadaran akan hubungan ini dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu, untuk
mencapai objek tertentu, untuk memperoleh beberapa informasi.
d)
Intensitas, hubungan dalam suatu jaringan
social dapat dilihat dari derajat dimana individu, dipersiapkan untuk memiliki
tanggung jawab atau memiliki kebebasan untuk mengekspresikan haknya dalam
hubungannya dengan orang lain.
e)
Frekuensi, karakteristik nyata dari interaksi
dalam suatu jaringan yang dapat dilihat secara simple dalam kuantitasnya yaitu
kontak antar individu dalam jaringan.
Karakteristik interaksional lebih dilihat dari interaksi antara penjual dan
pembelinya. Jaman sekarang ada banyak interaksi yang berlangsung, ada yang
secara langsung dan tidak langsung. Pada contoh kasus morphologi diatas yaitu
pasar tradisional dan pasar modern merupakan pasar yang bertatap muka langsung
antara penjual dan pembelinya.
Sedangkan pasar yang tidak langsung ada pada pasar bursa saham atau online
shop yang sekarang marak di indonesia. Mereka melihat barang yang ditwarkan
lewat internet. Kemudian bagi yang berminat bisa menghubungi pada nomor yang
tertera di gambar itu. Setelah mentransfer uangnya maka penjual akan mengirim
paketan barang kepada pembeli.
Penjualan ini lebih memiliki resiko dibandingkan dengan yang bertemu secara
langsung. Bisa jadi pembelian semacam itu merupakan penipuan, atau mungkin
barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang diharapkah. Berbeda dengan pasar
yang bertemu langsung, pembeli bisa memilih barang yang terbaik untuk dipilih.
Agar tidak mengecewakan.
E. Bidang
Penelitian Jaringan Sosial Ekonomi
Dalam melakukan
penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat
dikerjakan oleh sosiolog:
1.
Jaringan Informal Dari Akses Dan Kesempatan
Pada Bidang ini
penelitian yang telah dilakukan difokuskan pada penggunaan jaringan sosial
dalam pekerjaan (mencari kerja dan migrasi) : mobilisasi (informasi dan akses
terhadap modal) ; dan difusi (penyebaran praktek budaya dan organisasional).
Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Mempertahankan seseorang
untuk memegang suatu jabatan atau membangun usaha bisnis membutuhkan suatu
kemampuan untuk mengerakkan sumber daya dalam bentuk informasi dan finansial. Jaringan
komunikasi memainkan peranan penting dalam penyebaran model, struktur, praktek
dan budaya bisnis. Jaringan sosial memainkan peranan penting dalam alokasi
pekerjaan dalam pasar kerja, lemah dan kuatnya ikatan suatu jaringan sosial
sangat menentukan perolehan pekerjaan.
2.
Jaringan Formal Pengaruh Dan Kekuasaan
Bagian ini
menggunakan pendekatan analitis untuk menjelaskan kekuasaan aktor-aktor
ekonomi. (Mintz dan Scwartz, 1985 ;Burt,1992; Mizruchi,1992). Kubu
pemikiran ini mempercayai bahwa “Kekuasaan melekat secara situasional, ia
bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial.” Sementara itu menurut
Powell dan Smith-Doerr, kekuasaan itu sendiri didefenisikan sebagai otoritas
formal, pengaruh formal, dan dominasi. Analisis jaringan sosial tentang
kekuasaan terdiri dari legitimasi, informasi dan kekuatan. Kekuasaan
berada dalam posisi struktural.
Dalam memahami
jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan tiga perspektif, yaitu
pertukaran sosial,ketergantungan sumber daya, dan kelas sosial.
3.
Organisasi sebagai jaringan sosial dari
perjanjian
Analisis
jaringan organisasi didasarkan atas organisasi formal dan organisasi
informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang
direncanakan dan disetujui atasnya sedangkan informal berarti ikatan-ikatan
yang spontan dan fleksibel di antara anggota-anggota yang dituntun oleh
perasaan-perasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapt dipertahankan oleh
kegiatan formal. Organisasi formal biasanya mempunyai struktur hirearkis,
dihubungkan secara mendalam dengan jaringan yang lebih luas, sedangkan jaringan
informal dapat tidak memihak dan menembus batas struktur yang
hirearkis. Jaringan memberikan suatu cara bagi perusahaan besar untuk
mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar.
4.
Jaringan Sosial dari Produksi
Seperti juga
jaringan lain, pada jaringan sosial dari produksi memandang penting arti dari
suatu kepercayaan (trust). Misalnya dalam suatu proses monitoring kegiatan
produksi maka akan lebih mudah dan lebih alami serta sangat efektif apabila
dilakukan oleh teman sejawat dibandingkan atasan.
Powell dan
Smith-Doerr (1994) mengajukan empat tipe jaringan produksi secara bersama,
yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok bisnis, aliansi strategis
dan produksi bersama.
Tipe penelitian
dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi yang berlandaskan atas
kerja sama ilmiah. Jaringan sosial dari produksi yang bertipe kelompok
bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi yang horizontal dan relatif
egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang lebih hirearkis, dengan
landasan otoritas dan kebijakan.
Alisansi
strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat
formal, karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerja sama yang jangka
waktunya relatif pendek.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jaringan sosial
menurut Granovetter dan Swedberg adalah suatu rangkaian hubungan yang teratur
atau hubungan sosial yang sama antara individu-individu atau kelompok-kelompok.
Jaringan sosial adalah sebagai suatu pengelompokan yang terdiri atas sejumlah
orang, paling sedikit terdiri atas tiga orang yang masing-masing mempunyai
identitas tersendiri dan masing-masing dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubungan
sosial tersebut mereka dapat dikelompokkan sebagai suatu kesatuan sosial.
Secara
sederhana, jaringan sosial sebenarnya merupakan salah satu bentuk strategi dan
tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun masyarakat dalam
menghadapi lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu atau diliputi oleh
berbagai keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki.
Menurut
Mitchell J.Clyde ada dua konsep yang harus dipahami dalam jaringan sosial
antara lain : jaringan sosial sebagai suatu konsep metaporik dan Jaringan
sosial sebagai suatu konsep analitis.
Dari pernyataan
para ahli itu akhirnya dapat memperlihatkan bahwa jaringan sosial itu dapat
digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku individu dalam berbagai
keadaan sosial. Mitchell J Clyde mengungkapkan ada dua karakterisktik penting
dari jaringan sosial :
1.
Karakteristik Morphologi, Karakteristik ini dilihat dari aspek struktural
tingkah laku sosial individu yang ada dalam jaringan, antara lain : Achorage,
Reachability, Densitas, Range
2.
Karakteristik interaksional, Dilihat dari tingkah laku individu, dari proses
interaksi yang terjadi antara satu individu dengan individu lain. Karakteristik
jenis ini antara lain : Content, Directedness, Durability, Intensitas,
Frekuensi
Berdasarkan
literatur yang berkembang, Powell dan Smith mengajukan dua pendekatan yang
dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu :
1. Pendekatan
analisis abstrak menekankan pada :
(a) pola
informal dalam organisasi. Pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran
yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi- organisasi
yang terbangun atas dasar campuran yang rumit dari otoritas, persabahatan dan
loyalitas.
(b) bagaimana
lingkungan di dalam organisasi dikonstruksi. Perhatian dalam konteks ini lebih
banyak tertuju pada segi-segi normatif dan budaya dari lingkungan seperti
sistem kepercayaan, hak profesi, dan sumber-sumber legitimasi yang menjembatani
organisasi dengan para anggotanya.
(c) analisis kekuasaan dan otonom, area ini
terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang
terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerjasama)
yang dapat mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat. Posisi
individu selain dapat memudahkan juga dapat menghambat tindakannya.
Sementara
pendekatan preskriptif atau studi kasus, memandang jaringan sosial sebagai
pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakkan hubungan-hubungan di
antara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang
menyatukan individu-individu secara bersama ke dalam suatu sistem yang padu.
Pendekatan ini lebih bersifat pragmatis dan berkait dengan pendekatan
antar-disipliner karena lebih cenderung untuk melihat motif yang berbeda dalam
kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar tenaga kerja,
etika bisnis, dan organisasi dari kelompok bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, Ruddy. “Jaringan Sosial dan
Kebudayaan: Kasus Arek-Arek Suroboyo. Sebuah Abstraksi Skripsi” dalam Media
Ika No. 13/XIX, hlm. 13-37. Jakarta: Ikatan Kekerabatan Antropologi FISIP
UI, 1991.
Granovetter M, 2005. The Impact of
Social Structure on Economic Outcomes.
Wijaya, mahendra.2007. Perspektif Sosiologi Ekonomi dari Masyarakat Prakapitalis Hingga Kapitalisme Neo-liberal. Surakarta: Lindu Pustaka