Jumat, 27 Desember 2013

Sosiologi Ekonomi : Jaringan Sosial Ekonomi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Setiap komunitas terdiri atas elemen pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan utuh yang terikat melalui suatu jaringan sosial. Jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu. Menurut Boissevain (1978), jaringan sosial masyarakat adalah struktur sosial masyarakat itu sendiri. Jaringan sosial adalah pola hubungan sosial di antara individu, pihak, kelompok atau organisasi. Jaringan sosial memperlihatkan suatu hubungan sosial yang sedang terjadi sehingga lebih menunjukkan proses daripada bentuk (Bee, 1974).
Grootaer (2002) menyatakan bahwa kapital sosial merupakan salah satu alternative untuk mengatasi kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan kapital ekonomi ditingkat rumah tangga. Bahkan menurutnya, kontribusi kapital sosial sebanding dengan modal manusia. Artinya kapital sosial non fisik diyakini mampu menandingi kapital fisik. Pendapat itu tentunya kurang lengkap jika aspek kelembagaan, organisasi sosial, norma, kepercayaan maupun jaringan sosial  tidak di analisis secara detail dengan mengutarakan analisis mengenai peran masing-masing sumber kapital sosial itu. Bisa saja terjadi keragaman tingkat ketersediaan sumber-sumber daya sosial diantara individu, kelompok, atau dalam komunitas tertentu, yang didominasi kontribusi jaringan kerja yang ada.
Dengan demikian, peran jaringan kerja atau jaringan social yang tumbuh dalam komunitas lokal sangat mungkin memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakatnya. Aspek kultur maupun struktur masyarakat yang berbeda antar wilayah akan memunculkan perbedaan ketersedian sumber-sumber sosial. Perkembangan pemikiran mengenai kapital itu sendiri tidak terlepas dari kritik. Terutama mengenai beragamnya konsep dan definisi mengenai kapital sosial. Aspek lainnya yang perlu dicermati adalah mengenai penentuan indikator yang sesuai dalam mengukur kapital sosial, serta dalam hal bagaimana membangun dan mengembangkan capital sosial.
Perbedaan pandangan dan cara mendefiniskan kapital sosial juga terkait dengan metode yang digunakan untuk menjelaskan kapital sosial itu sendiri. Akan tetapi, bagaimanapun perbedaan cara pandang dan metode analisis dalam studi-studi capital sosial, ternyata tidak saling mempertentangkan peran kapital sosial terutama kontribusi jaringan sosial (network) dalam dinamika pembangunan. Kehidupan kita sehari-hari selalu diwarnai dengan interaksi dengan manusia lain. Interaksi merupakan sebuah proses yang menjadi syarat mutlak terciptanya proses bermasyarakat. Disadari atau tidak, dalam interaksi terhadap sesama manusia, terjadi saling suatu timbal balik saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, Saudara mengenal dan menerapkan suatu etika dan tata krama karena dipengaruhi oleh orang lain. Saudara pun menerapkan suatu standar kesenangan pribadi yang seolah-olah sangat privat, namun bila ditelusuri hal privat tersebut juga merupakan hasil pengaruh lingkungan pertemanan ataupun media lain yang dibuat oleh manusia.
Interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai hubungan antar individu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku. Interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku sesorang dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan, emosi orang lain. Dengan demikian interaksi sosial merupakan hubungan dinamis antar orang, kelompok, maupun antar orang terhadap kelompok. Syarat mutlak terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak dan komunikasi di antara manusia yang menimbulkan jaringan sosial.
Agusyanto dalam tulisannya tentang jaringan sosial arek-arek Suroboyo mengatakan bahwa Jaringan sosial terbentuk dalam masyarakat karena pada dasarnya manusia tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada hubungan selalu terbatas pada sejumlah orang tertentu. Setiap orang belajar dari pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah rangkaian hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada individu yang bersangkutan sehingga dalam usaha peningkatan taraf hidup juga tidak menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya (Agusyanto, 1991: 14).
Sebagai salah satu aplikasi nyata adanya jaringan sosial adalah pasar. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Transaksi ini terjadi atas dasar kesepakatan atas dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli. Di setiap wilayah, khususnya di Indonesia, kita dapat menjumpai pasar dengan mudah. Karena pasar merupakan sumber kehidupan bagi warga masyarakat maka pasar banyak dijumpai di setiap wilayah di Indonesia.
Dalam pasar juga terdapat jaringan sosial. Karena dalam pasar terdapat proses distribusi, produksi, dan konsumsi yang semuanya merupakan jaringan sosial. Antara satu dan lainnya saling berkaitan membentuk jaringan, dan saling bergantung. Misalnya dalam pendistribusian barang, harus ada orang yang memproduksi, dan orang yang memproduksi bergantung ada pemakai (konsumen) atau tidak.
Berdasarkan latar belakang uraian diatas, maka dalam makalah ini akan membahas mengenai jaringan sosial ekonomi dan pendekatan-pendekatan jaringan sosial ekonomi.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuatlah rumusan masalah yaitu:
1.      Apakah pengertian jaringan sosial ekonomi?
2.      Apa sajakah pendekatan-pendekatan jaringan sosial ekonomi?
3.      Apa sajakah konsep dalam jaringan sosial ekonomi?
4.      Apa sajakah karakterisktik dari jaringan sosial ekonomi?
5.      Apa sajakah bidang penelitian jaringan sosial ekonomi?

C.    TUJUAN MASALAH
Untuk membuat makalah ini diperlukannya sebuah tujuan supaya dapat menjawab rumusan masalah yang telah ada. Oleh sebab itu, tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian jaringan sosial ekonomi
2.    Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan sosial ekonomi
3.    Untuk mengetahui konsep dalam jaringan sosial ekonomi
4.    Untuk mengetahui karakteristik dari jaringan sosial ekonomi
5.    Untuk mengetahui bidang penelitian jaringan sosial ekonomi














BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Jaringan Sosial Ekonomi
Jaringan sosial dalam ekonomi menurut Granovetter dan Swedberg adalah suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama antara individu-individu atau kelompok-kelompok. Jaringan sosial adalah sebagai suatu pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang, paling sedikit terdiri atas tiga orang yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan masing-masing dihubungkan antara satu dengan yang lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubungan sosial tersebut mereka dapat dikelompokkan sebagai suatu kesatuan sosial.
Secara sederhana, jaringan sosial sebenarnya merupakan salah satu bentuk strategi dan tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun masyarakat dalam menghadapi lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu atau diliputi oleh berbagai keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki.
Oleh karena itu, konteks jaringan sosial pada suatu komunitas masyarakat dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu jaringan vertikal (hirarkis), jaringan horizontal (pertemanan), dan jaringan diagonal (kakak-adik).
1.      Hubungan vertikal (hirarkis) adalah hubungan dua pihak yang berlangsung secara tidak seimbang karena satu pihak mempunyai dominasi yang lebih kuat dibanding pihak lain, atau terjadi hubungan patron-klien.
2.      Hubungan diagonal adalah hubungan dua pihak di mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak lainnya.
3.      Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak di mana masing-masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya. Namun pada kenyataannya dalam suatu komunitas, termasuk komunitas masyarakat pesisir (nelayan maupun pembudidaya), ke tiga bentuk jaringan ini saling tumpang tindih dan bervariasi, serta bentuk yang satu tidak dapat secara tegas dipisahkan dari bentuk lainnya.
Analisa jaringan sosial dapat diidentifikasi baik pada tingkatan antar individu maupun pada tingkatan struktur. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dilihat melalui rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan tersebut digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu- individu yang terlibat. Sementara pada tingkatan struktur memperlihatkan bahwa, pola atau struktur hubungan sosial dapat meningkatkan dan atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam bermacam arena dari kehidupan sosial. Oleh karena itu, tingkat ini memberikan suatu dasar untuk memahami bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial.
Hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Suatu hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Disebut sistemik karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama. Pola dari interaksi ini disebut sebagai hubungan sosial dan hubungan sosial akan membentuk jaringan sosial.
Agusyanto dalam tulisannya tentang jaringan sosial arek-arek Suroboyo mengatakan bahwa jaringan sosial terbentuk dalam masyarakat karena pada dasarnya manusia tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada; hubungan selalu terbatas pada sejumlah orang tertentu. Setiap orang belajar dari pengalamannya untuk masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah rangkaian hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada individu yang bersangkutan sehingga dalam usaha peningkatan taraf hidup juga tidak menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya.
Suparlan (1982: 36-39) mengatakan ada beberapa hal yang merupakan ciri-ciri utama dari jaringan sosial, yaitu:
1.    Titik-titik, merupakan titik-titik yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh satu atau sejumlah garis yang dapat merupakan perwujudan dari orang, peranan, posisi, status, kelompok, tetangga, organisasi, masyarakat, negara dan sebagainya.
2.    Garis-garis, merupakan penghubung atau pengikat antara titik-titik yang ada dalam suatu jaringan sosial yang dapat berbentuk pertemuan, kekerabatan, pertukaran, hubungan superordinat-subordinat, hubungan-hubungan antarorganisasi, persekutuan militer dan sebagainya.
3.    Ciri-ciri struktur. Pola dari garis yang menghubungkan serangkaian atau satu set titik-titik dalam suatu jaringan sosial dapat digolongkan dalam jaringan sosial tingkat mikro atau mikro, tergantung dari gejala-gejala yang diabstraksikan. Contoh dari jaringan tingkat mikro yang paling dasar adalah suatu jaringan yang titik-titiknya terdiri atas tiga buah yang satu sama lainnya dihubungkan oleh garis-garis yang mewujudkan segitiga yang dinamakan triadic balance (keseimbangan segitiga); sedangkan contoh dari jaringan tingkat makro ditandai oleh sifatnya yang menekankan pda hubungan antara sistem atau organisasi, atau bahkan antarnegara.
4.    Konteks (ruang). Setiap jaringan dapat dilihat sebagai terwujud dalam suatu ruang yang secara empiris dapat dibuktikan  (yaitu secara fisik), maupun dalam ruang yang didefenisikan secara sosial, ataupun dalam keduanya. Misalnya, jaringan transportasi selalu terletak dalam suatu ruangan fisik, sedangkan jaringan perseorangan yang terwujud dari hubungan-hubungan sosial tidak resmi yang ada dalam suatu organisasi adalah suatu contoh dari suatu jaringan yang terwujud dalam satu ruang sosial. Jaringan komunikasi dapat digambarkan sebagai sebuah peta baik secara fisik, yaitu geografis maupun menurut ruang sosialnya, yaitu yang menyangkut status dan kelas sosial.
5.    Aspek-aspek temporer. Untuk maksud-maksud sesuatu analisa tertentu, sebuah jaringan sosial dapat dilihat baik secara sinkronik maupun secara diakronik, yaitu baik sebagai gejala yang statis maupun dinamis.
Bila ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial yang ada dalam masyarakat, maka jaringan sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis.
Pertama, adalah jaringan kekuasaan (power), merupakan jaringan hubungan-hubungan sosial  yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang bermuatan kekuasaan. Dalam jaringan kekuasaan, konfigurasi-konfigurasi saling keterkaitan antarpelaku di dalamnya disengaja atau diatur oleh kekuasaan. Tipe jaringan ini muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan membutuhkan tindakan kolektif dan konfigurasi saling keterhubungan antarpelaku yang biasanya bersifat permanen. Hubungan-hubungan kekuasaan ini biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Unit-unit sosialnya adalah artifisial yang direncanakan atau distrukturkan secara sengaja oleh kekuasaan. Jaringan sosial tipe ini harus mempunyai pusat kekuasaan yang secara terus menerus mengkaji ulang kinerja (performance) unit-unit sosialnya, dan mempolakan kembali strukturnya untuk kepentingan efisiensi. Dalam hal ini kontrol informal tidak memadai, masalahnya jaringan ini lebih kompleks dibanding dengan jaringan sosial yang terbentuk secara alamiah. Dengan demikian jaringan sosial tipe ini tidak dapat menyandarkan diri pada kesadaran para angotanya untuk memenuhi kewajiban anggotanya secara sukarela, tanpa insentif.
Kedua, jaringan kepentingan (interest), merupakan jaringan hubungan-hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang bermuatan kepentingan. Jaringan kepentingan ini terbentuk oleh hubungan-hubungan yang bermakna pada tujuan-tujuan tertentu atau khusus. Bila tujuan-tujuan tersebut spesifik dan konkret – seperti memperoleh pekerjaan, barang, atau jasa – maka jika tujuan-tujuan tersebut sudah dicapai oleh pelakunya, biasanya hubungan ini tidak berkelanjutan. Struktur yang muncul dari jaringan sosial tipe ini adalah sebentar dan berubah-ubah. Sebaliknya, jika tujuan-tujuan itu tidak sekonkret dan spesifik seperti itu  atau tujuan-tujuan tersebut selalu berulang, maka struktur yang terbentuk relatif stabil dan permanen.
Ketiga, jaringan perasaan (sentiment), merupakan jaringan yang terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial bermuatan perasaan, dan hubungan-hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan dan tindakan sosial. Struktur yang dibentuk oleh hubungan-hubungan perasaan ini cenderung mantap dan permanen. Hubungan-hubungan sosial yang terbentuk biasanya cenderung menjadi hubungan dekat dan kontinyu. Di antara para pelaku cenderung menyukai atau tidak menyukai pelaku-pelaku lain dalam jaringan. Oleh karena itu muncul adanya saling kontrol secara emosional yang relatif kuat antarpelaku (Agusyanto, 1997: 26-28).
Dalam kenyataan di lapangan, sebuah jaringan sosial tidak hanya dibentuk oleh satu jenis jaringan sosial di atas. Namun, terjadi tumpang tindih antara tiga jenis bentuk hubungan sosial tersebut. Sebuah jaringan sosial dianggap sebagai jaringan kepentingan jika hubungan-hubungan yang terbentuk dalam jaringan sosial tersebut lebih dominan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan tertentu. Dua jenis jaringan sosial yang lain, yaitu jaringan kekuasan dan jaringan perasaan tetap ada tetapi tidak dominan.



Prinsip Utama Jaringan Sosial dan Kinerja Ekonomi
Terdapat empat prinsip utama yang mendasar untuk diketahui, antara lain
1.    Norma dan Jaringan Sosial. Norma sering merujuk pada sekumpulan aturan yang diharapkan dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu.  Akan tetapi pada prinsip ini, norma mengarah pada gagasan tentang tata berperilaku. Berkaitan dengan jaringan sosial, norma itu seperti aturan main yang dapat berpengaruh pada penyelenggarann jaringan itu sendiri.
2.    The Strength of Weak Ties. Inti prinsip ini adalah bahwa ikatan yang lemah tidka selalu berimplikasi negatif terhadap jaringan sosial, justru sebaliknya dapat berimplikasi positif. Dalam hal ini ikatan yang lemah tersebut dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun jaringan sosial.
3.    The importance of “Structural Holes”. Prinsip ini tidak terlepas dari pendapat Burt tentang “Ikatan lemah”. Ia berpendapat bahwa inti penting dari sebuah ikatan tidak terletak pada kualitas ikatan yang tercipta dalam sebuah kelompok. Akan tetapi lebih pada cara yang dilakukan untuk membangun jaringan. Hal ini karena dengan membangun jaringan seorang individu secara tidak langsung terikat. Selain itu, ia juga menekankan pada keuntungan strategi yang dapat membuat individu terikat dengan berbagai jaringan yang berbeda-beda. Implikasinya adalah arus informasi dapat mengalir dari satu jaringan dengan jaringan lainnya.
4.    Interpenetrasi ekonomi dan non-ekonomi. Prinsip keempat ini menekankan pada percampuran antara aktivitas ekonomi dengan non-ekonomi. Hal tersebut kemudian merujuk pada terjadinya “Social Embedness” dalam ekonomi. Dimana tindakan ekonomi terhubung atau tergantung pada tindakan atau institusi non-ekonomi, serta proses. Dalam konteks sosiologi sendiri, pembahasannya itu lebih mengarah pada embedness tindakan ekonomi di dalam jaringan sosial, budaya, politik dan religi.

B.  Pendekatan-Pendekatan Jaringan Sosial Ekonomi
Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu
1.    Pendekatan analisis atau abstrak . Pendekatan terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada :
a.       Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi.
b.      Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan dalam organisasi diskontruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normative dan budaya dari lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak, profesi dan sumber-sumber legitimasi.
c.       Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama) yang dapta mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
2.    Pendekatan perspektif atau studi kasus. Pendekatan perspektif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan hubungan-hubungan diantara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama kedalam suatu sistem yang padu. Pendekatan ini lebih pragmatis dan terkait dengan pendekatan antar-disipliner. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda kedalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar, tenaga kerja, etika bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan perspektif didasarakn atas kerangka kerja konseptual dari :
a)      Keterlekatan, resiprositas dan koneksi. Kesemuanya itu merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan tertentu yang melekat dalam struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
b)      Pemakaian bahasa dan model tindakan. Menurut Burt keuntungan informasional dari sosial merupakanakses, pengaturan tempo, dan penterahan. Kedua pendekatan tersebut sama menganggap penting kepercayaan (trust) bagi resiprositas dalam jaringan sosial.
Baik pendekatan analitis maupun pendekatan perspektif mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut tidak mampu melihat kelseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial secara mendalam.
Pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit memberi perhatian pada substansi, lebih menekankan pada struktur (ukuran) dibandingkan isi dari ikatan dari suatu jaringan sosial.

C.  Konsep Jaringan Sosial Ekonomi
Menurut Mitchell J.Clyde ada dua konsep yang harus dipahami dalam jaringan sosial antara lain :
1.      jaringan sosial sebagai suatu konsep metaporik : Jaringan sosial hanya dilihat sebagai suatu sistem sosial.
2.      Jaringan sosial sebagai suatu konsep analitis : jaringan sosial tidak hanya dilihat sebagai jaringan yang khusus saja, tetapi juga bagaimana karakteristik dari hubungan-hubungan yang ada sehingga kemudian dapat dipergunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari orang-orang terlibat didalamnya.
Pemikiran-pemikiran yang diberikan oleh ahli-ahli lain tentang konsep jaringan sosial antara lain :
1.    Barnes, jaringan sosial sebagai suatu rangkaian hubungan yang dibuat oleh seorang individu di sekitar dan berpusat pada dirinya berdasarkan pribadinya.
2.    Philip Mayer, jaringan sosial itu dapat dipergunakan untuk menjelaskan mengapa sejumlah pendatang ke kota tetap berorientasi ke desa, sedangkan pada yang lain berorientasi ke kota.
3.    Epstein, dengan jaringan sosial dapat diperoleh data bagaimana sebenarnya norma dan nilai itu tersebar dalam masyarakat dan bagaimana proses perubahannya yang berasal dari persebaran norma dan nilai yang ada.
4.    Wheeldon, jaringan sosial digunakan untuk melihat bagaiman pembentukan kepemimpinan yang terjadi di dalam masyarakat kulit berwarna.
5.    Kepferer, jaringan sosial bersifat egosentris.
6.    Boswell, memperlihatkan bagaimana orang-orang di Lusaka dengan latar belakang yang berbeda ketika menghadapi krisis yang terjadi pada mereka.
7.    Harries-Jones, memperlihatkan bagaimana hubungan yang disasarkan pada kesamaan-kesamaan tertentu misalnya asal desa, kekerabatan dan kedekatan seseorang akan membentuk suatu organisasi.

D.  Karakteristik Jaringan Sosial Ekonomi
Dari pernyataan para ahli itu akhirnya dapat memperlihatkan bahwa jaringan sosial itu dapat digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku individu dalam berbagai keadaan sosial. Mitchell J Clyde mengungkapkan ada dua karakterisktik penting dari jaringan sosial :
1.      Karakteristik Morphologi
Karakteristik ini dilihat dari aspek struktural tingkah laku sosial individu yang ada dalam jaringan, antara lain :
§  Achorage, totalitas hubungan yang terbentuk dalam suatu jaringan. Biasanya diletakan pada individu tertentu yang tingkah lakunya diamati dan diharapkan dpat diinterpretasikan
§  Reachability, derajat dimana tingkah laku individu dipengaruhi oleh hubungannya dengan individu lain.
§  Densitas, derajat dimana terdapat keterhubungan antara individu yang satu dengan yang lain.
§  Range, menunjuk pada jumlah individu yang melakukan kontak secara langsung dengan individu yang berada dalam jaringan.
Karakteristik morphologi dapat dikatakan sebagai tempat yang berujud dan merupakan tempat yang digunakan dalam penjualan. Misalnya perbedaan dapat kita lihat pada pasar modern dengan pasar tradisional. Atau pada pasar tradisional dengan supermarket. Kedua hal itu saling berlainan. Pasar tradisonal tempatnya tidak sebagus seperti pasar modern. Pasar modern lebih bersih, sedangkan pada pasar tradisional harganya dapat ditawar. Tidak seperti pada pasar modern, yang tidak ada tawar menawarnya.
Peminat dari pasar tradisonal dengan pasar modern pun beragam, kebanyakan di pedesaan lebih banyak peminat pasar tradisional. Karena jarak yang dekat dan harga yang terjangkau, sehingga membuat orang dipedesaan yang kebanyaakan ekonomi menengah kebawah memilih alternatif pasar tradisional. Sedangkan di wilayah perkotaan memilih pasar modern, hal ini karena pasar modern lebih bersih dan tidak ribet, karena mereka tidak perlu menawar.
2.    Karakteristik interaksional
Dilihat dari tingkah laku individu, dari proses interaksi yang terjadi antara satu individu dengan individu lain. Karakteristik jenis ini antara lain :
a)    Content, hubungan yang ada antara individu dengan individu lain berdasarkan tujuan tertentu. Content dari hubungan ini dapat dipahami karena berdasarkan norma, kepercayaan dan nilai yang telah disepakati bersama.
b)   Directedness, dalam suatu jaringan dapat terlihat apakah suatu hubungan antara individu satu dengan yang lain hanya berupa hubungan yang berorientasi dari satu individu ke individu lain atau sebaliknya (resiprok).
c)    Durability, jaringan sosial itu ada jika individu menyadari hak dan kewajiban untuk mengidentifikasi orang lain. Kesadaran akan hubungan ini dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu, untuk mencapai objek tertentu, untuk memperoleh beberapa informasi.
d)   Intensitas, hubungan dalam suatu jaringan social dapat dilihat dari derajat dimana individu, dipersiapkan untuk memiliki tanggung jawab atau memiliki kebebasan untuk mengekspresikan haknya dalam hubungannya dengan orang lain.
e)    Frekuensi, karakteristik nyata dari interaksi dalam suatu jaringan yang dapat dilihat secara simple dalam kuantitasnya yaitu kontak antar individu dalam jaringan.
Karakteristik interaksional lebih dilihat dari interaksi antara penjual dan pembelinya. Jaman sekarang ada banyak interaksi yang berlangsung, ada yang secara langsung dan tidak langsung. Pada contoh kasus morphologi diatas yaitu pasar tradisional dan pasar modern merupakan pasar yang bertatap muka langsung antara penjual dan pembelinya.
Sedangkan pasar yang tidak langsung ada pada pasar bursa saham atau online shop yang sekarang marak di indonesia. Mereka melihat barang yang ditwarkan lewat internet. Kemudian bagi yang berminat bisa menghubungi pada nomor yang tertera di gambar itu. Setelah mentransfer uangnya maka penjual akan mengirim paketan barang kepada pembeli.
Penjualan ini lebih memiliki resiko dibandingkan dengan yang bertemu secara langsung. Bisa jadi pembelian semacam itu merupakan penipuan, atau mungkin barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang diharapkah. Berbeda dengan pasar yang bertemu langsung, pembeli bisa memilih barang yang terbaik untuk dipilih. Agar tidak mengecewakan.

E.  Bidang Penelitian Jaringan Sosial Ekonomi
Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog:
1.    Jaringan Informal Dari Akses Dan Kesempatan
Pada Bidang ini penelitian yang telah dilakukan difokuskan pada penggunaan jaringan sosial dalam pekerjaan (mencari kerja dan migrasi) : mobilisasi (informasi dan akses terhadap modal) ; dan difusi (penyebaran praktek budaya dan organisasional). Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Mempertahankan seseorang untuk memegang suatu jabatan atau membangun usaha bisnis membutuhkan suatu kemampuan untuk mengerakkan sumber daya dalam bentuk informasi dan finansial. Jaringan komunikasi memainkan peranan penting dalam penyebaran model, struktur, praktek dan budaya bisnis. Jaringan sosial memainkan peranan penting dalam alokasi pekerjaan dalam pasar kerja, lemah dan kuatnya ikatan suatu jaringan sosial sangat menentukan perolehan pekerjaan.
2.    Jaringan Formal Pengaruh Dan Kekuasaan
Bagian ini menggunakan pendekatan analitis untuk menjelaskan kekuasaan aktor-aktor ekonomi. (Mintz dan Scwartz, 1985 ;Burt,1992; Mizruchi,1992). Kubu pemikiran ini mempercayai bahwa “Kekuasaan melekat secara situasional, ia bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial.” Sementara itu menurut Powell dan Smith-Doerr, kekuasaan itu sendiri didefenisikan sebagai otoritas formal, pengaruh formal, dan dominasi. Analisis jaringan sosial tentang kekuasaan terdiri dari legitimasi, informasi dan kekuatan. Kekuasaan berada dalam posisi struktural.
Dalam memahami jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan tiga perspektif, yaitu pertukaran sosial,ketergantungan sumber daya, dan kelas sosial.
3.    Organisasi sebagai jaringan sosial dari perjanjian
Analisis jaringan organisasi didasarkan atas organisasi formal dan organisasi informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujui atasnya sedangkan informal berarti ikatan-ikatan yang spontan dan fleksibel di antara anggota-anggota yang dituntun oleh perasaan-perasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapt dipertahankan oleh kegiatan formal. Organisasi formal biasanya mempunyai struktur hirearkis, dihubungkan secara mendalam dengan jaringan yang lebih luas, sedangkan jaringan informal dapat tidak memihak dan menembus batas struktur yang hirearkis. Jaringan memberikan suatu cara bagi perusahaan besar untuk mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar.
4.    Jaringan Sosial dari Produksi
Seperti juga jaringan lain, pada jaringan sosial dari produksi memandang penting arti dari suatu kepercayaan (trust). Misalnya dalam suatu proses monitoring kegiatan produksi maka akan lebih mudah dan lebih alami serta sangat efektif apabila dilakukan oleh teman sejawat dibandingkan atasan.
Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan empat tipe jaringan produksi secara bersama, yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok bisnis, aliansi strategis dan produksi bersama.
Tipe penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi yang berlandaskan atas kerja sama ilmiah. Jaringan sosial dari produksi yang bertipe kelompok bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi yang horizontal dan relatif egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang lebih hirearkis, dengan landasan otoritas dan kebijakan.
Alisansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat formal, karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerja sama yang jangka waktunya relatif pendek.

















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jaringan sosial menurut Granovetter dan Swedberg adalah suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama antara individu-individu atau kelompok-kelompok. Jaringan sosial adalah sebagai suatu pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang, paling sedikit terdiri atas tiga orang yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan masing-masing dihubungkan antara satu dengan yang lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui hubungan sosial tersebut mereka dapat dikelompokkan sebagai suatu kesatuan sosial.
Secara sederhana, jaringan sosial sebenarnya merupakan salah satu bentuk strategi dan tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun masyarakat dalam menghadapi lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu atau diliputi oleh berbagai keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki.
Menurut Mitchell J.Clyde ada dua konsep yang harus dipahami dalam jaringan sosial antara lain : jaringan sosial sebagai suatu konsep metaporik dan Jaringan sosial sebagai suatu konsep analitis.
Dari pernyataan para ahli itu akhirnya dapat memperlihatkan bahwa jaringan sosial itu dapat digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku individu dalam berbagai keadaan sosial. Mitchell J Clyde mengungkapkan ada dua karakterisktik penting dari jaringan sosial :
1. Karakteristik Morphologi, Karakteristik ini dilihat dari aspek struktural tingkah laku sosial individu yang ada dalam jaringan, antara lain : Achorage, Reachability, Densitas, Range
2. Karakteristik interaksional, Dilihat dari tingkah laku individu, dari proses interaksi yang terjadi antara satu individu dengan individu lain. Karakteristik jenis ini antara lain : Content, Directedness, Durability, Intensitas, Frekuensi
Berdasarkan literatur yang berkembang, Powell dan Smith mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu :
1. Pendekatan analisis abstrak menekankan pada :
(a) pola informal dalam organisasi. Pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi- organisasi yang terbangun atas dasar campuran yang rumit dari otoritas, persabahatan dan loyalitas.
(b) bagaimana lingkungan di dalam organisasi dikonstruksi. Perhatian dalam konteks ini lebih banyak tertuju pada segi-segi normatif dan budaya dari lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak profesi, dan sumber-sumber legitimasi yang menjembatani organisasi dengan para anggotanya.
 (c) analisis kekuasaan dan otonom, area ini terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerjasama) yang dapat mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat. Posisi individu selain dapat memudahkan juga dapat menghambat tindakannya.
Sementara pendekatan preskriptif atau studi kasus, memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakkan hubungan-hubungan di antara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama ke dalam suatu sistem yang padu. Pendekatan ini lebih bersifat pragmatis dan berkait dengan pendekatan antar-disipliner karena lebih cenderung untuk melihat motif yang berbeda dalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar tenaga kerja, etika bisnis, dan organisasi dari kelompok bisnis.
















DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, Ruddy. “Jaringan Sosial dan Kebudayaan: Kasus Arek-Arek Suroboyo. Sebuah Abstraksi Skripsi” dalam Media Ika No. 13/XIX, hlm. 13-37. Jakarta: Ikatan Kekerabatan Antropologi FISIP UI, 1991.
Granovetter M,  2005. The Impact of Social Structure on Economic Outcomes.
Wijaya, mahendra.2007. Perspektif Sosiologi Ekonomi dari Masyarakat Prakapitalis Hingga Kapitalisme Neo-liberal. Surakarta: Lindu Pustaka